Masjid Agung Semarang, dengan keelokan dan kemegahannya, telah menjadi daya tarik wisata utama bagi banyak pengunjung Muslim. Mari kita eksplorasi keunikan, rute perjalanan, dan keindahan arsitektur yang menonjol dari masjid ini.
Masjid Agung Semarang, sebagai salah satu dari banyak masjid agung di kota-kota Indonesia dengan mayoritas penduduk Muslim, memiliki daya tariknya sendiri. Terletak di kota Semarang, yang mayoritas penduduknya menganut agama Islam, masjid ini memegang peran penting sebagai masjid provinsi. Pendanaannya berasal dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Provinsi Jawa Tengah, sehingga sering disebut juga sebagai Masjid Agung Jawa Tengah (MAJT).
Dibandingkan dengan masjid agung di kabupaten/kota lain, Masjid Agung Semarang memiliki keunikan yang membuatnya istimewa. Salah satu ciri khasnya adalah keberadaan payung-payung raksasa di halaman luar masjid. Payung ini dapat terbuka dan tertutup secara otomatis, menyerupai payung raksasa di Masjid Nabawi di Madinah. Payung ini biasanya dibuka pada saat pelaksanaan shalat Jumat, Shalat Idul Fitri, dan Idul Adha.
Keelokan Masjid Agung Semarang telah membuatnya terkenal di seluruh negeri, menjadikannya destinasi wisata religi yang diminati oleh para pelancong. Selain beribadah dan mengagumi keindahan arsitektur masjid, pengunjung dapat menikmati berbagai aktivitas lainnya.
Apakah Anda penasaran dan ingin mengetahui lebih lanjut tentang Masjid Agung Semarang? Ikuti pembahasan lengkap mulai dari petunjuk menuju lokasi, sejarah, hingga fasilitas yang dimiliki oleh masjid yang indah ini dalam artikel ini.
Berlokasi di tengah kota, tepatnya di Jalan Gajah Raya, Sambirejo, Kecamatan Gayamsari, Kota Semarang, Masjid Agung Semarang menawarkan aksesibilitas yang mudah dari berbagai penjuru kota, baik dengan kendaraan pribadi maupun transportasi umum.
Ada beberapa rute yang dapat diambil untuk mencapai Masjid Agung Semarang atau yang sering dikenal sebagai Masjid Agung Jawa Tengah:
Dari Pusat Kota Semarang:
Dari Simpang Lima atau pusat kota, arahkan kendaraan menuju Terminal Penggaron atau Purwodadi. Ikuti jalan tersebut hingga mencapai perempatan dengan Lotte Mart di sebelah kiri. Belok kiri dari perempatan dan teruslah mengikuti jalan hingga sampai di Masjid Agung Semarang yang berada di sebelah kiri jalan.
Dari Demak Atau Sebelah Timur:
Ambil jalan menuju Jembatan Genuk, setelah melewati jembatan, lanjutkan ke Jalan Kaligawe Raya. Teruslah lurus sejauh sekitar 750 kilometer, kemudian belok kiri ke Jalan Barito, ikuti Jalan Soekarno Hatta, dan sampailah di kompleks Masjid Agung. Belok kanan hingga mencapai Convention Hall Masjid Agung Semarang.
Dari Solo Atau Sebelah Selatan:
Ambil Jalan Tol Jatingaleh dan keluar di pintu tol Tembalang. Dari sini, arahkan kendaraan ke kanan menuju Kaligawe-Demak. Alternatif lain adalah melalui Jalan Kartini Raya, setelah melewati Jembatan Kartini, ambil Jalan Unta Raya dan Jalan Medoho Raya hingga mencapai Jalan Gajah Raya.
Dari Purwodadi Grobogan:
Ambil rute Purwodadi, lalu menuju Godong, Gubug, dan Mranggen, hingga mencapai Kota Semarang. Ikuti jalan hingga bertemu perempatan Lotte Mart, kemudian belok kiri.
Dengan panduan rute tersebut, Anda dapat mencapai Masjid Agung Semarang dengan lebih mudah dan nyaman.
Perjalanan yang penuh liku-liku menjelang pembangunan Masjid Agung Semarang pada tahun 2001 mencakup sengketa tanah wakaf seluas 119,127 hektar yang dimiliki oleh Masjid Kauman Semarang. Konflik ini berawal dari pertukaran tanah dengan 250 hektar di Kabupaten Demak, yang sayangnya tidak terwujud karena tidak ada tanah yang tersedia di Demak.
Masalah semakin kompleks ketika tanah milik Masjid Kauman Semarang beralih ke PT Tensindo, milik Tjipto Siswoyo. Muncul upaya hukum untuk mengembalikan tanah wakaf tersebut, namun hasilnya selalu tidak memihak kepada masjid, bahkan hingga tingkat kasasi di Mahkamah Agung. Untuk mengatasi situasi ini, Pemprov Jawa Tengah membentuk tim terpadu dan ribuan umat muslim melakukan longmarch untuk menekan Tjipto Siswoyo.
Hasilnya, Tjipto Siswoyo mengembalikan sebagian tanah wakaf, yaitu 69,2 hektar, pada Juli 2000. Sebagian dari tanah ini, tepatnya 10 hektar, diusulkan untuk digunakan dalam pembangunan masjid. Pada tahun 2002, dimulailah pembangunan Masjid Agung Jawa Tengah di tanah Masjid Kauman Semarang.
Proses dimulai dengan pemasangan tiang pancang pertama oleh Menteri Agama, Prof. Dr. H. Said Agil Husen al-Munawar. Puncaknya, pada 19 Maret 2004, diadakan shalat Jumat pertama di masjid yang dapat menampung 15.000 jamaah. Namun, meski telah digunakan sejak itu, masjid ini baru diresmikan pada tahun 2006 oleh Presiden Susilo Bambang Yudoyono.
Baca >> Sejarah Masjid Raya Bandung Dulunya Masjid Agung Bandung
Keindahan Masjid Agung Semarang tidak lepas dari sentuhan kreatif arsiteknya, Ir. H. Ahmad Fanani dari PT Atelier Enam, Jakarta. Menjadi pemenang dalam lomba desain MAJT pada tahun 2001, Ahmad menghadirkan desain unik dengan memadukan gaya arsitektur Jawa, Islam, dan Romawi.
Gaya arsitektur Jawa terpancar jelas pada atap limasan bangunan utama masjid. Sementara itu, sentuhan arsitektur Islam tergambar melalui desain kubah di puncak atap limasan dan empat menara penjuru. Gaya Romawi terwujud dalam 25 pilar bergaya koloseum Roma yang menghiasi pelataran masjid.
Kompleks Masjid Agung Semarang, atau MAJT, membentuk struktur huruf U dan mencakup tiga bangunan utama: masjid, convention hall, dan perpustakaan. Berikut keindahan arsitektur yang memukau:
Bangunan Utama Masjid
Bangunan ini dengan atap limas dan kubah dilengkapi empat menara setinggi 62 meter. Salah satu menara dilengkapi lift untuk mempermudah aktivitas jamaah. Bangunan ini terdiri dari dua lantai, dengan lantai pertama diperuntukkan bagi ibadah jamaah pria dan lantai kedua untuk ibadah jamaah perempuan.
Motif-motif batik, seperti tumpal, kawung, dan parang, terukir indah pada tiang-tiang penyangga, dan dinding masjid dihiasi dengan goresan kaligrafi yang memukau.
Di dalamnya terdapat Al-Qur’an raksasa berukuran 145cm X 95cm, ditulis tangan oleh H. Hayatudding, seorang penulis kaligrafi terkemuka. Al-Qur’an ini, yang dikenal sebagai Mushaf Al-Akbarini, disimpan dalam kotak kayu besar.
Plaza atau Halaman Masjid
Plaza masjid mempesona dengan enam payung hidrolik besar, serupa dengan Masjid Nabawi di Madinah, merepresentasikan enam rukun iman dalam Islam. Payung ini dibuka pada shalat Jumat, Idul Fitri, dan Idul Adha, asalkan kekuatan angin tidak melebihi 200 knot.
Plaza ini juga menampilkan 25 pilar bergaya koloseum Roma yang dihiasi dengan kaligrafi indah, meliputi dua kalimat syahadat, simbol 25 nabi, dan surat Al-Mukmin ayat 1 sampai 5. Gerbang al-Qanathir, atau Megah dan Bernilai, terlihat di plaza yang luasnya mencapai 7.500 meter persegi, dapat menampung sekitar 10.000 jamaah.
Menara Al Husna
Menara Al-Husna menjadi sorotan dengan ketinggian mencapai 99 meter, sejajar dengan jumlah Asmaul Husna. Dengan 19 lantai, tangga manual dan elevator, menara ini menawarkan pengalaman unik kepada pengunjung dengan biaya masuk sebesar Rp10.000.
Dari lantai teratas, terdapat lima teropong pandang yang memungkinkan pengunjung menikmati panorama Kota Semarang beserta pesisir lautnya, sambil mengagumi kemegahan Masjid Agung Semarang dari ketinggian.
Berkunjung ke Kota Semarang tidak lengkap tanpa mengexplore Masjid Agung Semarang yang memukau. Selain sebagai tempat ibadah, masjid ini juga menawarkan fasilitas yang lengkap dan beragam aktivitas yang bisa dinikmati oleh pengunjung. Berikut beberapa fasilitas dan kegiatan menarik di MAJT:
A. Convention Hall
Convention Hall di kompleks ini mampu menampung hingga 2.000 orang dengan desain yang elegan. Dengan pintu lengkung yang mempesona, ruangan ini ideal untuk berbagai acara seperti wisuda, pernikahan, dan lainnya.
Plafon berjenjang dihiasi lampu gantung mewah, sementara fasilitas seperti LCD, roll screen, ruang rias, dan lima kamar ganti membuat auditorium ini sangat fleksibel. Bahkan, tersedia ruang pantry dan transit, serta bantuan pengurusan izin keramaian ke kepolisian.
B. Tempat Penginapan
Hotel Graha Agung di kompleks masjid menawarkan 23 kamar dengan berbagai tipe, mulai dari deluxe, executive, suite, hingga family room yang dapat menampung hingga 10 orang. Tarif per kamar dimulai dari sekitar Rp300.000 per malam.
C. Tempat Wudhu
Tempat wudhu yang luas terletak di bawah bangunan utama masjid, dilengkapi dengan 93 kran untuk pria dan 56 kran untuk wanita. Fasilitas ini dirancang untuk menghindari antrean panjang.
D. Perpustakaan
Gedung perpustakaan tidak hanya menyimpan berbagai buku Islam dan kitab-kitab, tetapi juga menyediakan ruang perkantoran yang dapat disewakan kepada masyarakat umum. Inilah tempat yang tepat untuk bekerja di kompleks Masjid Agung Semarang.
E. Museum
Museum Kebudayaan Islam di lantai dua dan tiga Menara Al-Husna menawarkan koleksi menarik seperti mushaf kuno, artefak, gamelan, ornamen Masjid Mantingan, artefak kapal dagang, dan Al-Qur’an yang telah disadur ke dalam bahasa Jawa.
F. Resto Putar
Cafe unik ini terletak di lantai 18 Menara Al-Husna dan dapat berputar 360 derajat. Sambil menikmati hidangan lezat, pengunjung dapat menikmati pemandangan Kota Semarang dari berbagai sudut.
G. Studio Radio
Masjid Agung Semarang juga memiliki radio, Radio DAIS (Dakwah Islam), dengan studio yang berada di lantai dasar Menara Al-Husna. Radio ini dapat diakses pada frekuensi 107,9 FM.
Next >> Mengenal Masjid Al Akbar Surabaya, Dari Lokasi dan Sejarah