Masjid Raya Medan: Sejarah Peninggalan Kesultanan Deli

Masjid Raya Medan, sebagai ciri khas utama di Kota Medan, selalu ramai dengan aktivitas pengunjung. Berbagai kegiatan seperti ibadah salat, napak tilas sejarah, bersantai di pelataran, hingga menikmati ragam sajian kuliner yang berlimpah di sekitar masjid membuatnya menjadi pusat perhatian yang tak pernah sepi.

 

Masjid Raya Medan

Jika Anda pernah berkunjung ke Kota Medan, tentu tak boleh melewatkan Masjid Raya Al Mashun, atau yang lebih dikenal sebagai Masjid Raya Medan. Masjid ini bukan sekadar tempat ibadah, tapi juga menjadi landmark kota sejak dulu.

Masjid Raya Medan
Masjid Raya Medan | Masjid Raya Al-Mashun

Masjid Raya Al-Mashun bukan hanya sebuah bangunan bersejarah, tetapi juga menawarkan keindahan arsitektur yang memukau dan memuat kisah legendaris masa silam. Sebagai simbol kejayaan Kesultanan Deli, masjid ini masih berdiri megah hingga saat ini.

Dengan atmosfer yang kental dengan nuansa kesultanan Melayu, menjelajahi jejak sejarah Masjid Raya Medan akan menjadi pengalaman yang menarik. Kami telah mengumpulkan informasi dari berbagai sumber untuk memberikan wawasan lebih dalam tentang keindahan dan sejarah Masjid Raya Medan.

Lokasi Masjid Raya Medan

Masjid Raya Medan, lokasinya sangat strategis di pusat Kota Medan dengan alamat Jl. Sisingamangaraja No. 61, Kec. Medan Kota, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara.

Akses ke Masjid Raya Medan sangat mudah, dan berbagai pilihan transportasi tersedia untuk Anda. Mulai dari kendaraan pribadi, bus, angkot, taksi, ojeg online, hingga becak motor.

Jika Anda memilih bus, banyak halte terdekat yang dapat Anda pilih untuk turun, seperti Halte Taman Sri Deli, Halte Yuki Simpang Raya, Halte Klinik Spesialis Bunda, Halte Hm Joni 2, Halte Simpang Juanda, dan Halte Simpang Waspada.

Bagi pengguna kendaraan pribadi, Masjid Raya Medan menyediakan area parkir yang luas. Namun, disarankan untuk memilih transportasi umum agar Anda bisa langsung turun di dekat pintu gerbang yang dirancang terbuka dari jalan raya. Dengan begitu, kunjungan Anda ke Masjid Raya Medan akan lebih nyaman dan praktis.

Sejarah Masjid Raya Medan

Dipandu oleh tekad untuk mendorong kemajuan peradaban Kesultanan Deli, Masjid Raya Al Mashun diresmikan. Sebagaimana namanya yang bermakna “dipelihara”, masjid bersejarah ini telah berusia lebih dari satu abad, namun keindahannya tetap terjaga dengan prima.

Proyek pembangunan Masjid Raya Medan dimulai pada 21 Agustus 1906 pada masa pemerintahan Sultan Ma’mun Al-Rasyid Perkasa Alamsyah atau Sultan Deli IX. Dalam waktu tiga tahun, tepatnya pada 19 September 1909, masjid ini secara resmi digunakan untuk pertama kalinya, menjadi saksi bisu perkembangan sejarah dan spiritualitas yang berlangsung selama lebih dari seratus tahun.

Tampilan Masjid Raya Saat Ini

Sebelum Masjid Raya Al Mashun menghiasi kesultanan, Kesultanan Deli telah membangun dua struktur penting. Istana Maimun, dibangun antara tahun 1888-1891, menjadi pusat pemerintahan, sementara Gedung Kerapatan Tinggi yang didirikan pada tahun 1906 berfungsi sebagai Mahkamah Peradilan.

Bukan hanya itu, usaha Kesultanan Deli untuk memajukan peradabannya terus berlanjut setelah berdirinya masjid raya. Keberhasilan ini mencerminkan komitmen dan upaya berkelanjutan Kesultanan Deli untuk meningkatkan kualitas peradabannya.

Sekitar tahun 1920-an, di bawah kepemimpinan Sultan Amaludin Sani Perkasa Alamsyah, Kesultanan membangun taman yang indah dan luas, mencakup area seluas kira-kira 1,4 hektare yang dikenal sebagai Derikanpark, yang sekarang lebih dikenal dengan nama Taman Sri Deli.

Area Taman Sri Deli

Menurut ahli sejarah, Istana Maimun, Masjid Raya Medan, dan Taman Sri Deli membentuk sebuah kompleks yang integral. Istana menjadi pusat pemerintahan, masjid sebagai tempat ibadah, dan taman berfungsi sebagai tempat santai bagi keluarga kesultanan.

Meskipun kini, ketiga bangunan tersebut tampak terpisah karena adanya jalan raya yang membelah. Namun, jangan khawatir, Anda masih dapat mengunjungi ketiga ikonik ini dengan cukup berjalan kaki. Meski terpisah secara fisik, kompleks ini masih memancarkan keindahan dan makna sejarahnya bagi pengunjung modern.

Arsitektur Masjid Raya Medan

Bagi mereka yang telah mengunjungi Masjid Raya Medan, tentu tak bisa tidak terkagum-kagum dengan desain arsitekturnya. Mulai dari gerbang masuk hingga interior, setiap detailnya memancarkan nilai estetika yang tinggi.

Setidaknya ada dua arsitek yang dipekerjakan oleh Sultan Deli IX untuk merancang Masjid Raya Medan. Theodoor van Erp dipercayakan sebagai arsitek yang merancang masjid tersebut, dan setelahnya, pengerjaan dilanjutkan oleh J.A. Tingdeman. Kedua arsitek tersebut berasal dari Belanda, mengingat saat itu belum terdapat arsitek pribumi yang berspesialisasi dalam desain masjid.

Theodoor van Erp sebelumnya telah ditugaskan sebagai perancang Istana Maimun, dan namanya juga terlibat sebagai ahli yang membantu dalam pemugaran Candi Borobudur di Jawa Tengah pada tahun 1907-1911. Keahlian dan kontribusinya menciptakan keindahan yang tak terlupakan dalam arsitektur Masjid Raya Medan.

Keunikan Desain Masjid Raya Medan

Masjid Raya Medan memukau dengan keunikan yang menjadi ciri khasnya, menggabungkan corak Melayu, Arab, India, dan Spanyol. Salah satu contohnya terdapat pada pintu kayu yang memukau dengan sentuhan cat biru dan kuning, dimana warna kuning identik dengan kebudayaan Melayu.

Keindahan masjid juga tercermin dalam ornamen-ornamen khas Spanyol pada pintu dan kaca patri besar yang berwarna-warni. Sementara itu, dinding masjid dihiasi dengan ornamen yang mengusung motif khas India. Gabungan ini menciptakan harmoni visual yang memperkaya pengalaman estetis bagi para pengunjung. Keunikan budaya dari berbagai tempat ini memberikan daya tarik luar biasa pada Masjid Raya Medan.

Pilar Penyangga Masjid Raya Medan

Masjid Raya Medan menonjol dengan bentuknya yang cukup unik, bersegmen delapan. Pilar utama masjid, yang berjumlah delapan, menggunakan teknologi beton dan dilapisi dengan marmer asli dari Italia.

Desain kubah masjid mengadopsi gaya Moghul (India), sejalan dengan mimbar yang digunakan pada hari Jum’at dan Ramadhan, yang juga dipengaruhi oleh seni corak India.

Paduan ornamen, bentuk segi delapan, dan palet warna yang dipilih pada Masjid Raya Medan menciptakan harmoni presisi dan serasi. Selain itu, masjid ini terkenal karena menyimpan Al Qur’an berusia ratusan tahun yang dipajang di pintu masuk jama’ah laki-laki.

Pengunjung masih dapat membaca Al Qur’an tersebut meski usianya sudah terlihat tua. Keunikan bentuk dan warisan budaya membuat Masjid Raya Al-Mashun menjadi destinasi yang menarik dan bermakna.

Fasilitas Dan Aktivitas Masjid Raya Medan

Aktivitas utama di Masjid Raya Medan tentu melibatkan salat lima waktu dan kajian agama pada jadwal tertentu. Selain berfungsi sebagai tempat ibadah, masjid ini juga menjadi destinasi utama wisata religi di Kota Medan, terbuka bagi semua, termasuk kalangan non-Islam yang tetap mematuhi aturan yang berlaku.

Walaupun sebagai tempat ibadah, Masjid ini menyediakan fasilitas yang cukup lengkap bagi para wisatawan yang datang berkunjung. Beberapa fasilitas yang tersedia di masjid dan sekitarnya meliputi:

  • Ruang ibadah utama
  • Halaman masjid yang luas
  • Toilet/kamar mandi
  • Area parkir
  • Tempat makan di sekitar masjid
  • Penginapan di sekitar masjid

Selama momen-momen penting dalam agama Islam, Masjid Raya Medan mengadakan berbagai kegiatan yang terbuka untuk masyarakat, seperti peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, bulan suci Ramadhan, Hari Raya Idulfitri dan Iduladha, serta Tahun Baru Islam.

Khususnya pada bulan suci Ramadhan, selain kegiatan ibadah seperti salat Tarawih, masjid ini juga menyelenggarakan acara buka bersama yang dihadiri oleh berbagai lapisan masyarakat.

Tradisi unik yang menjadi ciri khas Masjid Raya Medan saat acara buka bersama adalah pembagian bubur sup anyang secara gratis kepada masyarakat. Tradisi ini sudah berlangsung sejak zaman Kesultanan Deli, dengan sekitar 1.000 porsi bubur sup dibagikan selepas Ashar hingga menjelang berbuka puasa.

Pada akhir bulan Ramadhan atau Hari Raya Idulfitri, Masjid ini menggelar salat Ied dengan jumlah jamaah yang melimpah, mencapai halaman dan jalan raya. Jika berada di Kota Medan saat Hari Raya Idulfitri, disarankan untuk mencoba melaksanakan salat Ied di masjid ini bersama keluarga.

Masjid Raya Medan, yang tetap menjaga keaslian bangunannya, diberikan status sebagai wisata Medan warisan cagar budaya di Kota Medan. Jika Anda berencana berlibur atau memiliki urusan bisnis di Kota Medan, jangan lewatkan kesempatan untuk singgah sejenak di masjid ini yang kental dengan jejak sejarah kesultanan Melayu.

Next >> Sejarah Masjid Raya Bandung Dulunya Masjid Agung Bandung

Tagged with:
IbadahMasjidMedan
Baca Juga Review Lokasi Dibawah Ini
Masjid Agung Sunda Kelapa: Banyak Jajanan Enak Saat Puasa

Masjid Agung Sunda Kelapa: Banyak Jajanan Enak Saat Puasa

Masjid Cut Meutia, Peninggalan Zaman Penjajahan Belanda

Masjid Cut Meutia, Peninggalan Zaman Penjajahan Belanda

Sejarah Masjid Raya Bandung Dulunya Masjid Agung Bandung

Sejarah Masjid Raya Bandung Dulunya Masjid Agung Bandung

Masjid Tiban Malang, Benarkah Masjid Turen Dibangun Semalam?

Masjid Tiban Malang, Benarkah Masjid Turen Dibangun Semalam?

Masjid Agung Semarang Seperti Masjid Nabawi di Madinah

Masjid Agung Semarang Seperti Masjid Nabawi di Madinah

Mengenal Masjid Al Akbar Surabaya, Dari Lokasi dan Sejarah

Mengenal Masjid Al Akbar Surabaya, Dari Lokasi dan Sejarah

Don`t copy text!