Selain Gudeg Batas Kota, gudeg yang terkenal di Jogja ada Gudeg Bu Tjitro. Gudeg Bu Tjitro 1925 memang tak lekang oleh waktu dan tetap menjadi pilihan utama di Yogyakarta
Inovasi kuliner ini pertama kali diperkenalkan oleh Bu Tjitro Sastrodiprodjo pada tahun 1925, dan sejak itu, kelezatannya terus diteruskan melalui generasi demi generasi. Saat ini, Generasi ke-4 dengan penuh dedikasi meneruskan pelestarian dan pengembangan warisan kuliner ini.
Keunikan Gudeg Bu Tjitro 1925 tidak hanya terletak pada cita rasanya yang khas, tetapi juga pada upaya pelestarian yang telah dilakukan selama bertahun-tahun. Bu Tjitro Sastrodiprodjo telah berhasil mewariskan resep dan teknik memasak tradisional ini kepada keturunannya, menjadikan Gudeg Bu Tjitro 1925 sebagai bagian tak terpisahkan dari sejarah kuliner Yogyakarta.
Pentingnya melestarikan cita rasa autentik Gudeg Bu Tjitro 1925 terus dijaga oleh Generasi ke-4. Dengan menggabungkan tradisi dengan sentuhan inovatif, mereka berhasil menjaga keaslian dan tetap relevan di era modern. Dalam setiap sajian Gudeg Bu Tjitro 1925, terdapat warisan rasa yang tak ternilai, menciptakan pengalaman kuliner yang tak terlupakan bagi setiap pengunjung.
Selain sebagai warisan keluarga, Gudeg Bu Tjitro 1925 juga menjadi bagian penting dari budaya kuliner Yogyakarta. Pariwisata kuliner semakin terangkat dengan keberadaan kuliner ini, menarik perhatian wisatawan yang ingin merasakan kelezatan autentik khas Yogyakarta. Keberlanjutan usaha ini tidak hanya sebagai bentuk pelestarian budaya, tetapi juga sebagai kontribusi berkelanjutan terhadap pariwisata daerah.
Dengan sentuhan kreativitas dan ketekunan Generasi ke-4, Gudeg Bu Tjitro 1925 tetap menjadi pilihan utama untuk para pencinta kuliner yang menghargai kelezatan tradisional.
Keberlanjutan usaha ini bukan hanya untuk mempertahankan warisan keluarga, tetapi juga untuk memperkenalkan cita rasa yang menggugah selera kepada generasi selanjutnya. Gudeg Bu Tjitro 1925, sebuah perjalanan kuliner yang tak lekang oleh waktu dan tetap memberikan pengalaman tak terlupakan.
Dahulu kala pada tahun 1925, Bu Tjitro memulai perjalanan kuliner dengan membuka usaha gudegnya di Pasar Ngasem Yogyakarta. Kecintaannya terhadap resep tradisional terpancar dalam penggunaan gula aren, suatu warisan leluhurnya.
Tak berhenti di situ, pada tahun 1970, putra beliau, Bapak Sumadi Suprodiprojo (Generasi ke-2), memutuskan untuk membuka rumah makan gudeg di Pasar Senen Jakarta.
Perjalanan kuliner tradisional ini pun dilanjutkan oleh cucu-cucunya, Ibu Retno Widiastuti dan Bapak Soetiman Soetiono (Generasi ke-3), yang mendirikan rumah makan gudeg di Jalan Adi Sutjipto KM 6, Yogyakarta (depan Hotel Ambarrukmo) pada tanggal 28 Agustus 1990, dengan nama Aneka Bujana Bu Tjitro.
Seiring berkembangnya usaha, pada tanggal 29 April 2000, Bu Tjitro memutuskan untuk pindah lokasi dan membangun rumah makan di Jalan Janti No 330, Yogyakarta, yang kemudian berganti nama menjadi Restoran Bu Tjitro 1925 Janti hingga saat ini.
Menariknya, sejak tahun 2008, Gudeg Bu Tjitro 1925 telah dikelola dan dikembangkan oleh kedua cicitnya, yaitu Bu Jatu Dwi Kumalasari dan Bu Rika Kumala Dewi (Generasi ke-4). Perjalanan kuliner ini adalah bukti nyata dari kecintaan keluarga Bu Tjitro terhadap pelestarian dan pengembangan kuliner tradisional.
Tidak hanya mencintai warisan kuliner, pada tahun 2016, Gudeg Bu Tjitro menerima penghargaan istimewa dari Menteri Kebudayaan Republik Indonesia dalam Anugerah Kebudayaan dan Penghargaan Maestro Seni Tradisi Kategori Pelestari. Penghargaan tersebut diberikan sebagai bentuk apresiasi atas dedikasi dan pengabdian Bu Tjitro dalam melestarikan kuliner khas Yogyakarta, terutama masakan Gudeg.
Gudeg, sebuah warisan kuliner Yogyakarta yang telah meluas di kalangan masyarakat, mengundang para pecinta kuliner untuk merasakan kelezatan khasnya. Salah satu tokoh utama dalam melestarikan dan mengembangkan cita rasa gudeg ala Yogyakarta adalah keluarga almarhum Bu Tjitro Sastrodiprojo, yang menghadirkan produk unggulan mereka dengan nama Gudeg Bu Tjitro 1925.
Proses pembuatan gudeg melibatkan nangka muda yang direbus dalam gula jawa, kelapa, dan santan selama beberapa jam. Kombinasi ini memberikan cita rasa manis yang memikat, membuatnya menjadi hidangan yang istimewa dan lezat di lidah. Gudeg disajikan dengan nasi putih dan beragam pilihan pelengkap seperti ayam, telur bebek, kacang tolo, sambal goreng krecek, tempe, tahu, dan lain sebagainya.
Jika Anda berkunjung ke Restoran Gudeg Bu Tjitro 1925, Anda akan menemui beragam opsi menu, mulai dari menu reguler hingga paket buffet, paket box, paket tour, dan berbagai macam oleh-oleh. Gudeg pun dapat dikemas dengan menggunakan besek, sejenis bungkus anyaman bambu yang memiliki bentuk segi empat dan berfungsi sebagai wadah makanan.
Selain itu, terdapat juga Gudeg Kendil, yaitu gudeg yang disajikan dalam wadah tanah liat (kendil) yang dapat bertahan hingga 48 jam tanpa dipanaskan dan tanpa perlu disimpan dalam lemari pendingin. Inilah pengalaman kuliner yang tak hanya menggoda lidah, tetapi juga mata dengan kemasan yang unik dan tradisional.
Melihat perjalanannya yang panjang, Gudeg Bu Tjitro 1925 bukan hanya menjadi favorit masyarakat Jogja dan wisatawan lokal, melainkan juga menarik perhatian wisatawan mancanegara yang singgah di Kota Pelajar ini.
Pada tahun 2004, ide cemerlang muncul ketika kesulitan membawa oleh-oleh seperti Gudeg Kendil atau Gudeg Besek dalam perjalanan jauh ke luar kota atau bahkan ke luar negeri. Bayangkan betapa merepotkannya membawa dalam perjalanan menggunakan kereta, bus, kapal, atau pesawat.
Sejalan dengan perkembangan teknologi pangan, Gudeg Bu Tjitro 1925 berinovasi dengan menciptakan kemasan baru yang lebih praktis, mudah dibawa, dan tahan lama tanpa mengorbankan kenikmatan cita rasa aslinya. Terlahirlah Gudeg Kaleng Bu Tjitro 1925, sebuah alternatif baru oleh-oleh khas Yogyakarta yang bisa dinikmati kapan saja, di mana saja, tidak hanya di Indonesia, tetapi juga hingga mancanegara.
Gudeg Kaleng Bu Tjitro 1925 menjadi pelopor dalam penyajian gudeg lengkap dalam kaleng. Setelah melalui berbagai uji coba dan penelitian sejak tahun 2009, produk ini akhirnya menjadi gudeg lengkap dengan komposisi seiring lezatnya Gudeg Bu Tjitro 1925 yang dihidangkan secara fresh, aman dikonsumsi, dan berkualitas.
Kerjasama dengan LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) atau yang kini dikenal sebagai BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) memainkan peran penting dalam proses ini. Keunggulan lainnya, Gudeg Kaleng Bu Tjitro 1925 memiliki Nomor Ijin Edar (NIE) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Sertifikat Halal dari Majelis Ulama Indonesia, dan Sertifikat HACCP (Hazard Analysis and Critical Control Points).
Gudeg Bu Tjitro saat ini memproduksi sekitar 20.000 kaleng gudeg, dengan umur simpan 12-18 bulan tanpa pengawet dan bahan kimia tambahan. Proses pengalengan menggunakan sistem sterilisasi komersial dan menerapkan sistem keamanan pangan (Good Manufacturing Practice).
Proses pengolahan Gudeg Kaleng Bu Tjitro mencakup pemasakan nangka muda, telur bebek, daging ayam, kacang tolo, krecek, dan areh. Sementara proses pengalengan melibatkan sterilisasi kaleng kosong, penimbangan dan pengisian, penghampaan udara, penutupan kaleng, sterilisasi, pendinginan, karantina produk, pelabelan, packing, hingga produk siap diedarkan.
Gudeg Kaleng ini dapat ditemukan di toko oleh-oleh di dalam maupun di luar Yogyakarta. Produk ini juga tersedia secara daring, memungkinkan jangkauannya mencapai seluruh Indonesia bahkan mancanegara. Banyak pula konsumen Indonesia di luar negeri yang membeli dalam jumlah besar untuk oleh-oleh dan kebutuhan pribadi.
Pabrik
Jl. Kenanga No 254 A, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DI Yogyakarta
Restoran
Jl. Janti No. 330, Plumbon, Banguntapan, Bantul, DI Yogyakarta